Setiap manusia punya masalah,
saat dia mulai beranjak dewasa level masalah yg dihadapinya pun berbeda-beda,
masalah tidak akan pernah berhenti mengikuti manusia, ketika ia telah selesai
dengan tingkat masalah pertamanya, akan ada lagi berikutnya bermacam masalah yg
menghampiri hidupnya.
Kini aku berada pada sebuah masalah pekerjaan dimana aku
terjebak diantara orang berkuasa, diantara orang baik namun menikam, diantara
orang-orang baik tapi benar baik, diantara tipu muslihat orang-orang besar ,
sudah lama aku bersembunyi di pojok tumpuan masalah yg selalu aku tutupi,
dari
orang-orang besar, dari mereka yg terlihat baik. Seandainya waktu itu aku
memiliki keberanian untuk katakan, seandainya waktu itu aku memiliki kemampuan
bicara, sekarang tidak ada lagi istilah pengandaian dalam hidup, aku sudah
terjebak, mengapa aku harus melewati tahap ini untuk menuju kehidupan yg lebih
baik, mengapa harus aku, kenapa bukan mereka, aku ketakutan setiak saat aku selalu
memikirkan apa yg akan hari esok katakan untukku, aku mencoba menutup mata saat
matahari itu mulai menampakkan keelokan senyumannya, jantungku berdebar setiap
kali membuat laporan, apa yg harus aku lakukan dengan stock bayangan ini,
semakin hari ada aja selisihnya. Bukanya aku tidak pernah bicara akan kelalaian
ini, aku sudah bicara dan dia mengatakan nanti kita selesaikan, ketika dia ada
waktu senggang aku mulai menanyakan perihal ini, namun jawaban yg sama aku
terima.
Aku mulai jera, dan tidak pernah
lagi menanyakan, selisih itu aku abaikan, hingga suatu waktu dia bertambah
diluar dugaanku, kepala ku semakin sakit memikirkan bagaimna cara menggantinya,
sementara bukan aku pelakunya, stok itu hilang, siapa yg akan disalahkan kalau
bukan adminya, hari itu aku bertugas sebagai admin gudang,
finance,pelaporan,sistem, aku melahap semua porsi yg sejujurnya ingin aku
muntahkan, saat itu aku masih remaja tahap dewasa pekerjaan apapun yg mereka
berikan aku menerimanya dengan senang hati, lantaran rasa ingin tahu ku sangat
tinggi, disamping itu kelalaian, kecerobohan telah menanti untuk menjadi
risiko.
Kini semua telah terjadi aku
hidup didalam gelembung getah orang-orang besar, aku lapar dan menghisap
gelembung itu, badan ku semakin kurus wajah ku mulai menua, mereka memakan buah
yg lezat aku hanya menyicipi getah itu, bahkan aku tidak tahu cara untuk melepaskannya.
Aku takut waktu itu telah tiba, masalah ini harus aku sudahi, satu-satunya cara
mengatakan yg sebenarnya, walau semua sudah terlambat. Aku siap bila harus
dibenci, itu pantas untukku karna aku telah berbohong, diam selama ini dg waktu
yg lama, tidak pernah mengatakan kebenarannya itu salahku, ini kesalahan yg
besar.
Sudah terlambat untuk
menyesalinya, kini yg ada dibenakku bagaimana semua ini bisa tergantikan, tapi
bukan aku yg mengganti tapi orang-orang yg terlibat disana, hanya saja aku
tidak mengetahui siapa orang itu. Akulah penanggung jawab nya.
Suatu ketika aku konsultasi kepada
atasan, aku bersyukur dia bisa memahami dan mengenali pribadi ku, dia masih
mempercayaiku lantaran begitu banyak kesalahanku. Kini dia sibuk mencarikan
solusi bicara kepada HO, namun aku tidak bisa tenang, karna aku takut HO marah
padaku. Seseorang dikantor mencoba menenangkanku, dia bilang ini bukan
sepenuhnya kesalahan kamu, tapi ini salah kita semua terlalu lalai dan
mengabaikan. Aku berharapa HO memahami keadaanku dan tidak marah besar. Aku
janji akan berhenti jika semuanya selesai, tapi mereka menahanku, dan berkata
ini pelajaran dunia kerja put, kenapa gara-gara ini berhenti. Alasan ku
berhenti karna porsi yang aku makan melebihi batasku, aku masih terlalu muda
untuk mengatasi hal ini.
Sekarang aku tidak tahu bagaimana
cara menikmati senyuman, aku menjadi lebih menyendiri, aku takut berhadapan dg
orang-orang, terlebih keluargaku, takut bila nanti dia bertanya bagaimana
dengan kerjaanku, aku tidak bisa menutupi apa yg terjadi di dalam hidupku,
karna itu aku memilih untuk diam menyendiri dikamar.
Ingin aku memohon pada Tuhan beri
aku waktu seminit untuk melupakan perkara ini, namun aku tak bisa menghapusnya,
menangispun aku sudah tidak tahu lagi caranya apalagi untuk tersenyum. Kenapa orang
yg benar berbuat melakukan kesalahan dia masih bisa bertahan, bahkan pangkatnya
semakin naik, dia memiliki banyak teman, dan hidupnya damai. Apa dia
benar-benar bahagia, walaupun semua itu hanya sandiwara tetapi dia mampu
bersandiwara sebaik itu. Aku masih pusing dengan masalahku. Walaupun mereka
telah berjanji akan melindunmgiku, dan aku disuruh untuk fokus saja adengan
kerjaan ku, diantara semua do’a yg selalu aku pinta Tuhan memberikanku dan
melindungiku dg orang-orang baik yg disekitarku .
Terkadang ini terasa aneh, entah
aku stress dengan masalah ini, aku selalu berpikir ini mimpi mimpi selalu aku
katakan begitu, batin ku masih belum siap menerima ini kenyataan yg sedang aku
hadapi sekarang.
Saat seperti ini, aku menyadari
masalah itu Cuma diri kita sendiri dan orang yg berada dekat dg masalah itulah
yg mampu memahami, dan mengerti akan situasi kita. Bukan keluarga, bukan teman.
Seandainya ijin kan aku untuk berharap sekali lagi, Tuhan mohon bantu aku
keluar dan selesai masalah ini, aku ingin hidup normal aku ingin memulai semua
dari awal lagi. Aku tlah rindu dg canda tawa, rindu dg diriku yg dulu ceria,
aku yg dulu humoris, bukan aku yg sekarang, begitu tertutup dan pendiam.
Sejujurnya banyak rencana masa
depan yg ingin aku raih, namun ambisi itu sudah mati, kini aku hanya ingin
masalah ini usai dan berakhir baik setelah itu, aku pergi istirahat tenang,
bukan dirumah, bukan dikantor, tapi peristirahatan yg terakhir. Entah ini
perasaan ketika beban yg mengeluti pikiran, tapi aku rasa ini benar akan
terjadi, aku sudah tidak memiliki semangat untuk hidup, rasa gambaran bertahan
hidup lebih lama samar dan bahkan nihil. Aku sudah tidak berminat lagi meraih
impian, menjadi orang hebat, aku ingin cepat menghadap Tuhan, menerima hukuman
dari perbuatan yg aku lakukan semasa hidup, aku sudah lelah hidup didunia yg
sesat ini, dunia yg penuh topeng, aku inginlebih cepat menuju kehidupan nyata
itu.
Aku bicara begini bukan lantaran
ditimpa masalah, aku rasa semua orang punya masalah, yg menurut mereka sendiri
dia lebih memiliki masalah yg berat, aku sudah lama ingin pergi menghadap
Tuhan, hanya saja Tuhan mengabulkan doa orang0orang yg masih berharap aku
hidup, aku sudah memiliki tujuan hidup, pikiranku tertuju bagaimana aku bisa
selesaikan masalah ini dan perlahan Tuhan memintaku pulang.
Aku bahkan belum selesai dengan
tulisanku, aku memang bukan penulis atau penyair, aku hanya seorang yg tidak
pandai bicara, siapun yg tanpa sengaja membaca dan memahami permasalahnku bisa
mengerti.
Satu hal yg ingin aku katakan “ saat kamu terjebak dalam masalah yg
berat, saat kamu ketakutan akan masalah mu, cobalah belajar berkata untuk
mengungkapkan pada orang yg ada disekitarmu, orang yg paham betul akan
permaslahnmu, jangan seperti aku diam dan selalu diam, pada akhirnya masalah
itu akan berkembang, dan kamu tersiksa, mulai sekarang belajarlah bicara ,
belajar untuk berani katakan yg sebenarnya, jangan pernah takut akan hilangnya
pekerjaan, saat kamu berkata jujur, jangan takut kepada siapapun jika itu
benar, dan jangan pernah berlagak kuat disaaat kamu sakit, saat itu mereka yg
berpura baik akan mencoba mencari kelemahanmu, menelantarkanmu pada masalah
itu, dan mereka akan bersenang sementara kamu terus berpikir. Jika kamu pribadi
yg introver berusahalah untuk menjadi pribadi extrover untuk urusan kerjaan yg
bersifat terbuka, aku tidak ingin orang diluar sana menderita seperti ku, cukup
aku percobaannya.
Seandainya Ayah ibuku bisa
membaca tulisanku, saat aku sudah tidak lagi sempat bercerita aku harap dia
memahami keadaan ku saat itu, aku hanya mencoba terlihat dewasa ketika punya
masalah, tidak mengadu dan menangis lagi.