Senin, 13 Juli 2015

Mengapa harus terjadi dihidupku

Setiap manusia punya masalah, saat dia mulai beranjak dewasa level masalah yg dihadapinya pun berbeda-beda, masalah tidak akan pernah berhenti mengikuti manusia, ketika ia telah selesai dengan tingkat masalah pertamanya, akan ada lagi berikutnya bermacam masalah yg menghampiri hidupnya.

 Kini aku berada pada sebuah masalah pekerjaan dimana aku terjebak diantara orang berkuasa, diantara orang baik namun menikam, diantara orang-orang baik tapi benar baik, diantara tipu muslihat orang-orang besar , sudah lama aku bersembunyi di pojok tumpuan masalah yg selalu aku tutupi, 

dari orang-orang besar, dari mereka yg terlihat baik. Seandainya waktu itu aku memiliki keberanian untuk katakan, seandainya waktu itu aku memiliki kemampuan bicara, sekarang tidak ada lagi istilah pengandaian dalam hidup, aku sudah terjebak, mengapa aku harus melewati tahap ini untuk menuju kehidupan yg lebih baik, mengapa harus aku, kenapa bukan mereka, aku ketakutan setiak saat aku selalu memikirkan apa yg akan hari esok katakan untukku, aku mencoba menutup mata saat matahari itu mulai menampakkan keelokan senyumannya, jantungku berdebar setiap kali membuat laporan, apa yg harus aku lakukan dengan stock bayangan ini, semakin hari ada aja selisihnya. Bukanya aku tidak pernah bicara akan kelalaian ini, aku sudah bicara dan dia mengatakan nanti kita selesaikan, ketika dia ada waktu senggang aku mulai menanyakan perihal ini, namun jawaban yg sama aku terima.

Aku mulai jera, dan tidak pernah lagi menanyakan, selisih itu aku abaikan, hingga suatu waktu dia bertambah diluar dugaanku, kepala ku semakin sakit memikirkan bagaimna cara menggantinya, sementara bukan aku pelakunya, stok itu hilang, siapa yg akan disalahkan kalau bukan adminya, hari itu aku bertugas sebagai admin gudang, finance,pelaporan,sistem, aku melahap semua porsi yg sejujurnya ingin aku muntahkan, saat itu aku masih remaja tahap dewasa pekerjaan apapun yg mereka berikan aku menerimanya dengan senang hati, lantaran rasa ingin tahu ku sangat tinggi, disamping itu kelalaian, kecerobohan telah menanti untuk menjadi risiko.

Kini semua telah terjadi aku hidup didalam gelembung getah orang-orang besar, aku lapar dan menghisap gelembung itu, badan ku semakin kurus wajah ku mulai menua, mereka memakan buah yg lezat aku hanya menyicipi getah itu, bahkan aku tidak tahu cara untuk melepaskannya. Aku takut waktu itu telah tiba, masalah ini harus aku sudahi, satu-satunya cara mengatakan yg sebenarnya, walau semua sudah terlambat. Aku siap bila harus dibenci, itu pantas untukku karna aku telah berbohong, diam selama ini dg waktu yg lama, tidak pernah mengatakan kebenarannya itu salahku, ini kesalahan yg besar.

Sudah terlambat untuk menyesalinya, kini yg ada dibenakku bagaimana semua ini bisa tergantikan, tapi bukan aku yg mengganti tapi orang-orang yg terlibat disana, hanya saja aku tidak mengetahui siapa orang itu. Akulah penanggung jawab nya.

Suatu ketika aku konsultasi kepada atasan, aku bersyukur dia bisa memahami dan mengenali pribadi ku, dia masih mempercayaiku lantaran begitu banyak kesalahanku. Kini dia sibuk mencarikan solusi bicara kepada HO, namun aku tidak bisa tenang, karna aku takut HO marah padaku. Seseorang dikantor mencoba menenangkanku, dia bilang ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu, tapi ini salah kita semua terlalu lalai dan mengabaikan. Aku berharapa HO memahami keadaanku dan tidak marah besar. Aku janji akan berhenti jika semuanya selesai, tapi mereka menahanku, dan berkata ini pelajaran dunia kerja put, kenapa gara-gara ini berhenti. Alasan ku berhenti karna porsi yang aku makan melebihi batasku, aku masih terlalu muda untuk mengatasi hal ini.

Sekarang aku tidak tahu bagaimana cara menikmati senyuman, aku menjadi lebih menyendiri, aku takut berhadapan dg orang-orang, terlebih keluargaku, takut bila nanti dia bertanya bagaimana dengan kerjaanku, aku tidak bisa menutupi apa yg terjadi di dalam hidupku, karna itu aku memilih untuk diam menyendiri dikamar.

Ingin aku memohon pada Tuhan beri aku waktu seminit untuk melupakan perkara ini, namun aku tak bisa menghapusnya, menangispun aku sudah tidak tahu lagi caranya apalagi untuk tersenyum. Kenapa orang yg benar berbuat melakukan kesalahan dia masih bisa bertahan, bahkan pangkatnya semakin naik, dia memiliki banyak teman, dan hidupnya damai. Apa dia benar-benar bahagia, walaupun semua itu hanya sandiwara tetapi dia mampu bersandiwara sebaik itu. Aku masih pusing dengan masalahku. Walaupun mereka telah berjanji akan melindunmgiku, dan aku disuruh untuk fokus saja adengan kerjaan ku, diantara semua do’a yg selalu aku pinta Tuhan memberikanku dan melindungiku dg orang-orang baik yg disekitarku .

Terkadang ini terasa aneh, entah aku stress dengan masalah ini, aku selalu berpikir ini mimpi mimpi selalu aku katakan begitu, batin ku masih belum siap menerima ini kenyataan yg sedang aku hadapi sekarang.
Saat seperti ini, aku menyadari masalah itu Cuma diri kita sendiri dan orang yg berada dekat dg masalah itulah yg mampu memahami, dan mengerti akan situasi kita. Bukan keluarga, bukan teman. Seandainya ijin kan aku untuk berharap sekali lagi, Tuhan mohon bantu aku keluar dan selesai masalah ini, aku ingin hidup normal aku ingin memulai semua dari awal lagi. Aku tlah rindu dg canda tawa, rindu dg diriku yg dulu ceria, aku yg dulu humoris, bukan aku yg sekarang, begitu tertutup dan pendiam.

Sejujurnya banyak rencana masa depan yg ingin aku raih, namun ambisi itu sudah mati, kini aku hanya ingin masalah ini usai dan berakhir baik setelah itu, aku pergi istirahat tenang, bukan dirumah, bukan dikantor, tapi peristirahatan yg terakhir. Entah ini perasaan ketika beban yg mengeluti pikiran, tapi aku rasa ini benar akan terjadi, aku sudah tidak memiliki semangat untuk hidup, rasa gambaran bertahan hidup lebih lama samar dan bahkan nihil. Aku sudah tidak berminat lagi meraih impian, menjadi orang hebat, aku ingin cepat menghadap Tuhan, menerima hukuman dari perbuatan yg aku lakukan semasa hidup, aku sudah lelah hidup didunia yg sesat ini, dunia yg penuh topeng, aku inginlebih cepat menuju kehidupan nyata itu.

Aku bicara begini bukan lantaran ditimpa masalah, aku rasa semua orang punya masalah, yg menurut mereka sendiri dia lebih memiliki masalah yg berat, aku sudah lama ingin pergi menghadap Tuhan, hanya saja Tuhan mengabulkan doa orang0orang yg masih berharap aku hidup, aku sudah memiliki tujuan hidup, pikiranku tertuju bagaimana aku bisa selesaikan masalah ini dan perlahan Tuhan memintaku pulang.

Aku bahkan belum selesai dengan tulisanku, aku memang bukan penulis atau penyair, aku hanya seorang yg tidak pandai bicara, siapun yg tanpa sengaja membaca dan memahami permasalahnku bisa mengerti.

 Satu hal yg ingin aku katakan “ saat kamu terjebak dalam masalah yg berat, saat kamu ketakutan akan masalah mu, cobalah belajar berkata untuk mengungkapkan pada orang yg ada disekitarmu, orang yg paham betul akan permaslahnmu, jangan seperti aku diam dan selalu diam, pada akhirnya masalah itu akan berkembang, dan kamu tersiksa, mulai sekarang belajarlah bicara , belajar untuk berani katakan yg sebenarnya, jangan pernah takut akan hilangnya pekerjaan, saat kamu berkata jujur, jangan takut kepada siapapun jika itu benar, dan jangan pernah berlagak kuat disaaat kamu sakit, saat itu mereka yg berpura baik akan mencoba mencari kelemahanmu, menelantarkanmu pada masalah itu, dan mereka akan bersenang sementara kamu terus berpikir. Jika kamu pribadi yg introver berusahalah untuk menjadi pribadi extrover untuk urusan kerjaan yg bersifat terbuka, aku tidak ingin orang diluar sana menderita seperti ku, cukup aku percobaannya.

Seandainya Ayah ibuku bisa membaca tulisanku, saat aku sudah tidak lagi sempat bercerita aku harap dia memahami keadaan ku saat itu, aku hanya mencoba terlihat dewasa ketika punya masalah, tidak mengadu dan menangis lagi.



Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...