Senin, 26 Januari 2015

Love at the first Sigh

  Hari pertama aku memulai perkuliahan pada sebuah yayasan begitu banyak keraguan yang mengeluti pikiranku. Keraguan dan rasa takut mempengaruhi otakku , memperlambat langkah ini untuk memulai hari baru, dimana aku akan berhadapan dengan orang-orang asing. Ini seperti hal pertama aku masuk SD dulu, ada keraguan, serta ketakutan tidak memiliki seorang teman. Hanya saja bedanya kali ini aku tak lagi ditemani ayah,hMmm... bodoh, aku benar-benar takut.

   Aku pun melangkah perlahan menuju kelas itu, sungguh rasa takut ku semakin memuncak, namun aku mencoba untuk mengatasinya agar tetap terlihat tenang dimata mereka. Seandainya waktu itu berada dalam gengamanku, mungkin akan ku percepat satu jam itu menjadi satu menit, satu menit satu detik, dengan begitu aku bisa pergi dari tempat asing ini, tak satupun diantara mereka yg aku kenali, mengajak berkenalan aku tidak tertarik untuk memulai, takut jika pada akhirnya aku hanya dibutuhkan ketika tidak akan diabaikan. Lebih baik aku sendiri, berteman dg alam , bicara bersama angin , membuang waktu dg kesendirian.

   Langkah kaki ku mulai lamban, terasa kaku pergelangan kaki ini, entahlah apa iya sudah mulai bosan selalu berjalan sendirian. Aku tidak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti aku memiliki seseorang yang berjalan disampingku, dan ketika aku melihat kebawah ada dua pasang kaki yang sedang berlari kegirangan melangkah penuh senyuman. 

   Aku menyadari banyak orang yang tak menyukaiku , hanya saja mereka takut mengatakannya dan bisa jadi karna ada sesuatu yg masih dibutuhkan dariku, membuat mereka tidak terus terang untuk menyakitiku. Aku selalu berjalan sendirian, disaat hari menjelang sore aku melangkahkan kaki ini berjalan ditepian pantai, sesekali aku berlari mengejar ombak tak peduli dengan apa yang orang lihat dan katakan, aku tidaklah hidup dengan kata-kata mereka, dan tidak mengganggunya kenapa harus peduli dengan tingkah mereka.

Ketika kakiku lelah, aku berhenti pada sebuah pohon yang begitu rimbun melepaskan lelah, bersandar sambil membaca coretan apa yang telah aku tulis selama seminggu ini. Air mata ku berjatuhan tetesannya membasahi buku harianku, bukan tulisannya yang membuatku menangis tapi air mataku memaksa ingin keluar. ehehe (-_-) 

  Seminggu kemudian, aku mulai berbicara dikelas walaupun hanya sesekali dan ketika ada yg mengajak bicara dan lucunya aku tidak mengingat nama mereka, ingatanku sudah mulai pudar butuh waktu beberapa bulan untuk tahu nama-namanya. Tanggapan pertamakali mereka baik, belum tahu kedepannya gimana, entah itu hanya sebuah pembukaan aku rasa tidak jauh beda dg sebelumnya tinggal nuggu waktu aja, dan mereka pasti akan sama persis. Aku hanya dibutuhkan ketika diperlukan lalu dilupakan jika tidak diuntungkan.

Pemikiranku tentang sosok teman berhenti, ketika aku melihat dirinya. Dia yang ada dibelakang ku entah siapa namanya aku tidak mengenalinya, namun dia mampu memperlambat pergerakan pikiranku untuk sesaat tentang pencarian sosok teman. Seseorang yang berbeda terlihat jelas dari auranya jutek dan sulit untuk ditebak. Jika diantara yang lain begitu open hanya dia yang memperlakukan ku seperti orang asing, apakah dia musuh yang sedang bersembunyi diantara orang-orang ini, ataukah dia tidak menyukai kehadiranku dikelas ini, banyak kemungkinan yg muncul dipikiranku saat itu.

Saat mata ini ingin mencari-cari sesuatu yang mengganjal tiba-tiba  berhenti pada satu titik , dimana mebuat aku merasa nyaman saat kesempatan mengizinkanku melihatnya dengan waktu yang cukup lama, jantungku mulai bedetak lebih cepat dari biasanya . apa yang terjadi padahal pagi ini aku tidak mengkonsumsi obat depresi, kenapa aku terobsesi dg dia, dan menikmati senyumannya. Jangan katakan aku jatuh cinta,(0_@) . Jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kenapa aku menyukainya, aneh padahal dia selalu memperlakukanku seperti orang asing walau tlah lama sekelas dgnya. terkadang sesuatu yang tidak disukai membuat kita terikat dan tertarik . Demi waktu aku pertaruhkan detik ini aku menyukainya, dan esok mungkin tidak lagi. Tapi kenyataan menentang semua yang aku tetapkan, mengahntuiku dengan bayangan dan khayalanku semakin jauh, harapan demi pengahrapn mulai timbul ,sulit diterima logika, aku terus terobsesi padanya dalam diam aku mencari-cari dimana letak kesalahanku yg membuat dia memperlakukan ku seperti oranga asing.

Minggu demi minggu, bulan berganti bulan, waktu semakin mempercepat laju pergerakannya tak ingin kelewatan sedetikpun perubahan itu, aku mulai mengikutinya dan bergabung dengan teman-temannya, berkumpul dan makan bersama, tapi tidak untuk sebuah sikap yang masih dingin. Saat aku mulai menemukan seseorang yang baru mengisi hari-hari ku, aku mencoba mengalihkannya tak ingin menyakiti siapapun dalam hal ini, aku harus membagi kepada siapa aku menempatkan perasaan ini. Aku mungkin saja telah terjebak pada situasi ini. Tapi seseorang telah menjadi bahagian dari hidupku , apapun yang aku lakukan itu tidak boleh menyakitinya, soal kekaguman biarlah dia berjalan mencari tau sendiri sampai waktu memberikan jawaban pasti.

Dan sepertinya dia juga disibukkan, dengan seseorang yg ada dihidupnya, baguslah kita memiliki kesibukan masing-masing. tapi aku masih diam-diam memperdulikannya karna suatu hal yg menarik rasa ingin tahuku, siapa dia, dan kenapa aku begitu peduli akan sikapnya, jika selama ini aku mengabaikan orang-org, lalu kenapa aku begitu respect saat seseorang tidak memperdulikanku dan bahkan memperlakukanku seperti orang asing. Baru kali ini aku tertarik menganggapi sikap orang seperti ini, jika biasanya aku mengabaikan dan bilang aku tidak hidup karna sikap orang,, dan tidak peduli apa yg orang pikirkan, tapi kini aku memperdulikannya, aneh, sungguh aneh.
entahlah apa yang sebenarnya ingin waktu tunjukan padaku.

Beberapa bulan kemudian, aku benar-benar sibuk dengan waktuku bersama orang yang mulai aku sayangi, menghabiskan hari-hari indah bersama memulai kisah yang tak pernah sebelumnya aku miliki. Tidak selamnya kebahagian itu ada untukku,dan waktu untuk bersama mulai sulit untuk dimiliki. Disaat dia benar-benar sibuk dg kegiatnnya dan aku mulai sibuk dg tulisanku kita berpencar, berjalan sendirian, mungkin ini yang disebut titik kejenuhan dalam sebuah hubungan, entahlah aku baru mengenalinya. mungkin harus ada yang mengalah dan bersabar ini pilihan yang menuntutku untuk bersikap dewasa . 

Disaat aku berjalan sendirian, mengitari tepian pantai aku mulai bosan, memutuskan untuk pulang tanpa sengaja aku bertemu dengannya, berhenti dan bergabung dengannya. Ini pertamkalinya dia mulai bicara padaku, obrolan yang tak mengenakan sebenarnya saat itu bertanya tentang hubunganku, padahal aku ingin tau kenapa dia bersikap aneh padaku. Jika aku menanyakannya mungkin kedengarannya aneh, dan dia akan beranggapan aku kegeEran. Lupakan apa yg sudah terjadi, suatu hari nanti dia akan bersikap baik padaku, dan mungkin tidak akan memperlakukanku seperti orang asing lagi, mulai bicara dan bercanda seperti yg lain.

Satu tahun telah berakhir kisah aku dengannya, waktu tlah habis lelah dengan semua sikap yg tak pernah menghargai, hanya ingin mementingkan ego sendiri, terlalu muda bagiku untuk patah hati, dan merasa kehilangan, pada awalnya mungkin aku masih lemah, seiring waktu semua akan membaik dg sendirinya, luka tidak akan membusuk jika kita merawatnya dan mengobati pasti akan cepat sembuh, dan meskipun luka itu terdapat ditempat terdalam dia akan cepat mengering. Aku hanya memegang prinsip meletakkan sesuatu itu pada tempatnya, seperti sebuah kaleng minuman, saat airnya sudah habis, aku akan meremasnya dan membuangnya . Begitulah dengan perasaan saat seseorang menyakiti, sesaat akan merasa marah dan bersedih, tapi jika sudah puas akan melupakannya tak ingin larut dalam hal yg tidak sama sekali menguntungkan.

Hidup bukan mengurusi perkara cinta, banyak hal penting yang harus diselesaikan sebelum waktu habis. untuk melupakan seseorang itu tidak lah mudah , namun aku punya cara dg membandingkannya dg semua yg pernah aku rasakan saat bersama jika dia lebih cendrung membuatku bersedih kebanding bahagia, buat apa terus dipikirkan, berarti aku tidaklah pantas bersamanya. Aku terlalu sering bersedih, buat apa aku melibatkan diri ini dengan hal begini, aku hanya ingin mencari dimana dan apa itu yg membuat ku bahagia, sesuatu yg tidak akan abadi tapi aku ingin memilikinya dan menemukannya sebelum aku benar-benar kehilangan waktu.

Suatu hari yg paling dinanti setiap orang, berbeda dg ku aku tak ingin menemui hari itu. hanya saja sudah ketetapan karna mereka merayakannya untukku, bagaimanapun inilah hari diomana aku terjebak didunia yg penuh sandiwara. Saat itu aku duduk berdua bersama seorang teman lama, mengajakku merayakannya . Sebenarnya aku tak ingin mengingat dimana hari aku dilahirkan, umurku mungkin akan bertambah nilainya, tapi sisa waktuku semakin  berkurang. Seseorang dari kejauhan datang menghampiri, ya aku tahu dia pasti datang entah kenapa aku sangat berharap dia menemuiku hari itu, dan ternyata harapan itu mengabulkan. Pertamkali sepanjang hidupku merayakan yg namanya ulang tahun bersama teman-teman, jika biasanya hari itu selalu jatuh diwaktu liburan sekolah dan disaat semua orang pergi, aku hanya berpura-pura tidak mengingat. 

Sehari setelah acara ultahan berakhir, dia datang menemuiku. Semula aku berpikir ada gerangan apa yg membuatnya begitu menanyakan dimana keberadaanku, tak ingin terlalu jauh berpikir akupun menemuinya. Dia memberikanku sebuah kado, entah bagaimana aku harus menata perasaan saat itu, antara senang kegirangan (maklum ga pernah dikasi kado -_-  . terakhir waktu zaman SD bikin acara ultahan , trus dikasih kado ahahhaa ) .

Saat itu aku berpikir lagi tentang dirinya, jika dia diposisikan sebagai seorang teman bahkan aku dan dia tidaklah begitu dekat tapi dia memperlakukanku seperti teman baik, apalgi dia lebih dari sekedar teman mungkin dia pribadi yg baik. Kado pertama yg aku terima disaat aku masuk usia dewasa ehehe,.. sampai sekarang aku tidur selalu meluk itu boneka, ga tau deh baunya udah gimana ga pernah dicuci sih #ngileranwkwkwk. 

love at the first sigh, aku pikir ini hanya ada pada sebuah novel yg kemudian berakhir happy and, di dunia nyata juga ada, cuma alur ceritanya mungkin berbeda, jika dinovel si tokoh utama bakalan jadian sama orang yg udah bikin dia jatuh cinta,tapi di dunia ku malah jadian sama orang lain, ya meskipun pada akhirnya putus sih, tapi kini aku dengan dia kembali dekat, maksudku lebih dekat dari sebelumnya, mungkin dulu kita sama-sama sibuk dg seseorang diwaktu itu, dan kini mulai dipertemukanlagi oleh waktu, aku masih bertanya-tanya pada waktu kejutan apalagi yg ingin kamu tunjukan padaku, akankah suatu hari nanti aku menjadi penulis ahhaha#ngarep nulis aja masih cempreng ahahhaa mimpi ketiunggian. ahahha ga juga sih ini cuma hobby  dan tempat pelampiasan diasaat semuanya tidak lagi mampu diungkapkan dg lisan , namun hanya tulisan yg bisa jelaskan.

terimakasih atas inspirasi yg tiada henti dari kamu, jeh udah main maksih-makasih aja, seolah-olah ini diacara show peluncuran nobel-novel best seller ahahaha,ngimpi mulu yaeheh :D . inilah aku the dreamer





Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...