Hampir
lebih setahun tak lagi bercerita pada blog Potret Kehidupan,
Ada
Banyak kisah yang terlewatkan,
Semula
masih berawal dari kekaguman yang entah berdasarkan apa rasa itu muncul yang
jelas aku suka. Aku suka kecewanya dan hal-hal yang seringkali membuat tangis
itu berderai gitu aja dipipi. Aku pikir itulah cinta, tanpa mempertimbangkan
pendapat logika aku beranikan diri menyimpulkannya bahwa aku cinta dia.
Dan
ternyata aku salah besar telah mempercayai perasaan, Allah marah dan cemburu
karena aku lebih mencintai CiptaanNya.
Saat
itu seseorang telah menyakitiku, dia pikir perasaanku seperti layangan yang
bisa ditarik ulur, dan bodohnya aku mau saja memaafkan setiap sikapnya dan tak
segan aku pula yang meminta maaf atas sikap yang bukan aku sendiri lakukan,
mengalah tak jarang sikap ku juga di artikan keras kepala. Jika aku flash back
rasanya sungguh bodoh mengikuti perasaan karena akhirnya aku sendiri yang akan
di permainkan.
Sebulan
yang lalu aku memutuskan untuk hijrah, keinginan ini telah lama ingin tunaikan
hanya saja aku masih terlalu sibuk mencari tau nikmat dunia, tanpa membekali
diri untuk bekal di akhirat. Meskipun aku bukan orang baik, tetapi aku berusaha
untuk tidak mengecewakan orang tua ku. Orang bilang seseorang yang pendiam itu
menghanyutkan, hal itu benar tapi sejauh mana dia akan terbawa arus dan dimana
dia akan bermuara itu tergantung pribadi seseorang. Orang cukup menilai saja
apa yang tampak di luar, walau sebenarnya penilaian seperti itu banyak
menimbulkan fitnah.
Hijrah
yang aku lakukan, untuk mencari ketenangan jiwa ku, lama sudah aku mencari tahu
apa yang membuat jiwa ini merasa damai saat aku mulai pejamkan mata ketika
tidur, seringkali aku merasa gelisah saat sadar maupun tak sadar. Dahulu aku
pikir ada hal tentang dunia yang belum aku nikmati sehingga perasaanku masih
penasaran, setelah kutemukan dan jalani apa yang kata mereka menyenangkan,
tidak ada yang berubah aku masih saja gelisah.
Saat
ku lihat diriku yang sekarang, aku tersadar dalam tangis bahwa sebenarnya aku
telah jauh dari Allah selama ini, meskipun aku sholat tapi aku menjalankannya
hanya karena rutinitas, bukan beranggapan hal itu kewajiban, gal itulah yang
membuat jiwa terasa hampa. Dan berpakaian ku seringkali meniru kaum lelaki. Aku
sadar akan apa yang aku lakukan hanya saja aku berpikir saat itu mencari
kenyamanan. Kini ku temukan kenyamanan yang sederhana itu. Semoga aku selalu
istiqomah.
Meskipun
aku harus mengalami kegugupan, dan tatapan aneh orang-orang saat pertamakali
melihat perubahan pakaianku. Alhamdulillah semua berjalan lancar, beruntung aku
orang yang tidak terlalu banyak bicara dan orang lainpun tak banyak
mengomentariku.
Saat
itu ujian hijrahku datang,....
Dia
yang biasanya tak pernah ingin kerumahku hanya karena skripsi mau datang
menemuiku, saat itu aku mengundang salah seorang sahabat untuk menemani kami
sehingga tidak ada orang ketiga yang akan menimbulkan fitnah. Semula dia
menerima perubahanku dan mendukungnya, saat mendengar pernyataannya aku senang
dia merespon dengan baik. Tapi saat itu jiwaku merasa tidak tenang, aku takut
Allah memarahiku lagi karena bermain hati.
Dia
mulai perhatian walau sebelumnya sempat miss komunikasi, aku bertanya dalam
hati ya Allah apa ini ujian....
Mulai
mengajak ketemuan....
Awal-awal
aku tak menolak takut menyakiti perasaannya, dan kemudian mengajak salah
seorang sahabat untuk menemani dalam pertemuan kami.
Tak
lama hal itu berlangsung si Dia mulai bosan denganku yang sulit untuk diajak
bertemu dan berduaan....
Dia
memutuskan silahturahmi denganku dengan alasan kami tidak cocok.
Meskipun
aku selalu menyebut namanya dalam do’a berharap dia selalu sehat, dan Allah
menjawab Do’a ku ,....
Saat
itu aku menangis, dan kembali mengadu kepada Allah bahwa aku telah salah untuk
memilih seseorang menitipkan perasaanku.
Namun
terlepas dari hijrah aku bersyukur memilih jalan ini, setidaknya aku bisa tahu
mana yang harus di pertahankan dan mana yang pantas untuk di tinggalkan. Allah
menjauhkanku dengan hal-hal yang akan membuat ku jauh darinya. Seseorang pernah
mengingatkan ku berkali-kali
“jika
engkau mencintai seseorang yang tak mencintai Tuhannya, Mengabaikan nasehat
ibunya, kau akan kecewa. Allah saja ia tinggalkan, apalagi kamu!!!”
Aku
berbicara bukan bermaksud menghakimi soal ibadah seseorang, akupun tidaklah
sempurna namun aku masih bersuha memantaskan diri di hadapan Allah. Aku bukanlah Khadijah yang begitu sempurna
di dalam menjaga, Bukanlah Hajar, yang begitu setia dalam sengsara, aku hanya
wanita akhir zaman. Semoga aku tidak lagi dipertemukan dengan orang-orang
yang datang untuk bersenang sesaat.