Rabu, 04 Maret 2015

Cerpen : PERJALANAN


Perjalanan part I : Perubahan

aku tahu semua akan berubah pada waktunya, tepat dimana hari ini semua perubahan terlihat jelas. Suatu hal yg paling aku takuti, jika akhir dari semua ini menyakiti tentunya akan ada situasi yg tidak mengenakan. Dari awal aku tidak pernah menginnginkan terjebak dalam keadaan yg sebenarnya hanya ingin aku nikmati dalam mimpi, kenyataan ternyata tidaklah selalu indah terkadang dia suka mempermainkan perasaan, lalu buatku bersedih , merassa bersalah. 

Jika nanti semua semakin menjauh, kebiasaan menjadi hal yg tak biasa, , hanya sebuah keyakinan, dan takdir Tuhan yg akan pertemukan kembali. memikirkan ini hanya membuat aku seperti manusia bodoh, setelah aku bertemu dan bicara dengannya , itulah hari baru dimana semua akan terasa asing, mungkin teman ku hanya beberapa buku tebal, 


Perjalanan part II : Kehilangan

sebuah ungkapan yg ga pernah aku tuliskan tentang mama.
sepanjang hidupku hanya ingin menghormatinya. Aku memang anak yg tak tau diri, aku ingin sekali memeluknya, tidur bersamanya, namun hal itu tak bisa aku dapatkan. Saat aku mutusin untuk pergi dari rumah untuk mandiri diluar sana, sedikitpun aku tidak merasa sedih saat berpisah. Dan perasaan ku mulai takut saat aku berpisah dg appa, dialah sosok ayah yg aku banggakan inspirasi hidup buatku. Dia slalu ajarkan aku tentang kerasnya hidup, tak heran aku terkadang terlihat sedikit tomboy, karna aku lebih dekat dg ayah. 
Gempa 2009 lalu, moment paling menyentuh dalam hidup ku. Aku terpisah dg keluarga ku, semua alat komunikasi saat itu tidak bisa dilakukan, beberapa hari aku hilang, saat itu aku berpikir dunia kiamat, dimana aku tak memiliki siapa-siapa lagi hanya sebatang kara. ditempat pengungsian orang-orang pada sibuk mencari-cari apa yg bisa diselamatkan, sebahagian telah lelap tertidur karna kelelahan, sementara aku terus menangis rindu akan rumah, terlebih aku rindu pada si adek.

 Beruntung aku masih memiliki sedikit uang untuk beli makanan, tapi tidak cukup untuk ongkos pulang. Aku dan teman yg lain mencari Bis yg akan menuju pariaman kala itu, namun nihil tak satupun mobil yg mau menaiki kami, mereka selalu bilang jalanan menuju pariaman rusak berat. Aku dan yg lainhanya bisa diam dan bersabar, sampai akhirnya ada seorang bapak-bapak menawarkan jasa untuk mengantarkan kami pulang, tapi dia minta bayaran perorang itu 150rb ,beberapa diantara kami setuju tapi sebahagian tidak setuju dikarnakan mereka takut tidak bisa bayar dan belum tahu apakah keluarganya masih dirumah, sepanjang jalanan rumah-rumah roboh . Demi sebuah pertemanan kita rela menolak tawarn bapak itu, menunggu sampai ada Bis yg mau memberi tumpangan buat kita, alhasil kesabaran itu datang juga. Banyak hal yg terjadi saat terjadi gempa lalu, aku kehilangan nenek,rumah,terpisah dengan keluarga dan akhirnya bisa berkumpul kembali. Suatu hal yg paling membekas diingatan ku, dan untuk pertamakali mama menangis untukku, aku sadar bahwa dia menyayangiku terlihat jelas dari matanya yg bengkak beberapa hari saat aku hilang ternyata dia takut kehilanganku. Lucunya saat aku pulang semua orang datang memeberikan selamat bahwa aku masih hidup, ga enak banget ya keliatannya kita udah mati, senadainya iya waktu itu aku mati, mungkin aku ga bakalan ngalamin pahit nya hidup menjadi orang dewasa, yg aku tahu hanya bagaimana jadi manusia yg baik diDunia ini. 

Aku menyesali hidup menjadi orang dewasa, perubahan mulai terjadi, dari emosional tentang hal yg bikin aku capek, bosan, dan bersedih. seandainya waktu itu aku benar-benar mati. sekarang aku hanya bisa memberik keyakina pada diri ini untuk berthan , aku ingin sekali menghabiskan masa muda ini dengan hal yang berbaur dg agama, akidah, tapi langkah ku terhambat gara-gara kecintaan, aku mencoba belajar melawan hati, dan hanya memikirkan tentang kematian, perlahan semua pasti akan tiba pada waktunya, dimana aku sebut sebuah perjalanan. kembalikan perasaan takutku padaMu Tuhan, sehingga aku akan terjauhi dari hal-hal yg tak engkau sukai.

Perjalanan part III : Kesempatan


semua yang terjadi bahagian dari sandiwara, saat bencana itu datang aku senang dan berharapa benar-benar bencana besar, dengan begitu semua akan berakhir. Tapi sepertinya alam telah memohon lebih dulu dibandingkan aku. Kini aku masih disini seperti biasanya menunggu dan menunggu tanpa melakukan usaha sedikitpun, sekarang aku benar-benar terjebak ketika peluang itu datang aku mengabaikannya.

Sejujurnya aku butuh namun jika mendapatkannya  harus mengemis tidak akan aku lakukan, terlalu hina buatku meminta . Aku menyadari hidup itu emang keras, bahkan kita harus kuat saat seseorang menginjak kedudukan kita, sayangnya aku bukanlah orang yg suka menerima dan memelas, biar saja aku kehilangan kesempatan , tak ingin berhutang budi kepada siapapun didunia ini..

Hari berganti hari, tahun pun semakin dekat tak ingin melihat ku terlalu lama menikmati mentari dan dinginnya malam. Waktu slalu mengusik ku disaat tubuh ini benar-benar lelah , beban pikiran yg tak pernah ada solusi membuatku terus ketakutan dalam diam. Aku slalu berharap menemukan jalan untuk mengakhiri hidup namun kegagalan berat berpisah denganku. 

Ketika aku memejamkan mata ini, terlintas dibayanganku sebuah jawaban akan kerisauanku selama ini. ketika aku bangun semua berubah begitu sulit untuk dijalankan. Ketika aku bertannya pada Dia, dengan santai Dia menjawab tanyakan pada Tuhan, setiap kali aku bertanya bagaimana caranya, jawaban yg aku dapati " tanyakan pada TUHAN".

pundakku terasa berat saat seseorang menanyakan perihal masalah apa yg aku geluti seakan membuatku begitu lemah dan ketakutan. tak ingin berbicara banyak aku hanya menanggapi pertanyaannya dg senyuman. lalu dia menarik tanganku memegangnya dengan erat kehangatan masih sempat aku rasakan walau situasi mulai menegang. aku tahu dia  masih kurang puas dengan jawabanku .

 Dengan santai namun mencoba menyakinkan bahwa aku kuat dan sanggup hadapi ini sendirian karna aku tahu dia memiliki banyak beban dalam hidupnya tak ingin menambah rentetan beban baru buatnya. Kehadirannya dihidupku sudah cukup meringankan kejenuhan akan hidup yang tak pernah usai, menemaniku dalam tangisku itu sudah lebih dari cukup dia bersamku , tanpa bantuan fisik itu sudah cukup. aku berharap dia tetap disini sampai aku benar-banar selesai , aku tidak akan meninggalkan orang yang berada disampingku diasaat aku terjatuh sampai aku sanggup berjalan seperti dahulu, :) 

Cepen : Perjalanan Part III

semua yang terjadi bahagian dari sandiwara, saat bencana itu datang aku senang dan berharapa benar-benar bencana besar, dengan begitu semua akan berakhir. Tapi sepertinya alam telah memohon lebih dulu dibandingkan aku. Kini aku masih disini seperti biasanya menunggu dan menunggu tanpa melakukan usaha sedikitpun, sekarang aku benar-benar terjebak ketika peluang itu datang aku mengabaikannya.

Sejujurnya aku butuh namun jika mendapatkannya  harus mengemis tidak akan aku lakukan, terlalu hina buatku meminta . Aku menyadari hidup itu emang keras, bahkan kita harus kuat saat seseorang menginjak kedudukan kita, sayangnya aku bukanlah orang yg suka menerima dan memelas, biar saja aku kehilangan kesempatan , tak ingin berhutang budi kepada siapapun didunia ini..

Hari berganti hari, tahun pun semakin dekat tak ingin melihat ku terlalu lama menikmati mentari dan dinginnya malam. Waktu slalu mengusik ku disaat tubuh ini benar-benar lelah , beban pikiran yg tak pernah ada solusi membuatku terus ketakutan dalam diam. Aku slalu berharap menemukan jalan untuk mengakhiri hidup namun kegagalan berat berpisah denganku. 

Ketika aku memejamkan mata ini, terlintas dibayanganku sebuah jawaban akan kerisauanku selama ini. ketika aku bangun semua berubah begitu sulit untuk dijalankan. Ketika aku bertannya pada Dia, dengan santai Dia menjawab tanyakan pada Tuhan, setiap kali aku bertanya bagaimana caranya, jawaban yg aku dapati " tanyakan pada TUHAN".


Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...