Selasa, 20 Oktober 2015

senyuman terakhir

bukan cuma angin yang sedari tadi coba hentikan lamunanku, tapi deburan ombak tepi pantai hancurkan setiap puing-puing khayalan yang sempat menari di pikiranku. Ingin aku teriaki mereka yang tengah asik berbincang bersama karang di lautan yang seolah membicarakan ku. Aku yang selalu bermenung disini, bernikmati dinginnya kehidupan yang tak pernah bersikap hangat padaku. Kemana aku harus pergi, aku hanya terus berjalan sesekali berlari kepinggir laut hanya untuk membasahi tubuhku yang telah lelah ini.

Awan mendung mulai berarak mengikuti ku, mencoba mengejarku untuk jatuhkan setiap titik hujan demi membasahi pipi ku, air mata dan titik hujan yang jatuh di wajahku sudah tak bisa lagi dibedakan. Ku nikmati tiap tetes hujan itu, berharap satu tetes yang basahi tubuh ini mampu hapuskan setiap kenangan masa lalu yang terus menghujatku, hapuskan tiap kepedihan yang menggoreskan luka dihatiku.

Terus ku nikmati hujan disore ini dengan tarian kesepian yang aku reka sendiri. tubuhku mulai kedinginan, tanganku tampak pucat, namun aku terus menari-nari dan akhirnya aku terjatuh , tertidur dalam linangan hujan.

Keesokan harinya aku bangun, semua berubah tiba-tiba saja aku berada diatas kasur empuk. Apakah aku masih bermain dalam mimpi, oh tidak-tidak ini tidak mungkin kenyataan. terdengar suara lelaki di sampingku " syukurlah kamu sudah sadar". aku terkejut , dan ketakutan dimana aku kini berada " siapa kamu ". tanya ku pada lelaki itu. 
" aku rio, kamu pinsan di tepi pantai sore itu, kebetulan aku usai berenang dan melihat kamu telah tergeletak distu, dan membawamu kemari"

"terimakasih, maaf aku harus pergi " akupun berlari keluar vila tempat lelaki itu. kini aku benar-benar bingung harus berjalan kemana lagi, aku tidak punya tempat tinggal, keluarga semua telah aku tinggalkan. kini aku hidup sebatang kara, semua ku lakukan untuk menghukum diri ini.

#bersambung

Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...