Selasa, 16 Januari 2018

Ada Banyak kisah yang terlewatkan,

Hampir lebih setahun tak lagi bercerita pada blog Potret Kehidupan,

Ada Banyak kisah yang terlewatkan,

Semula masih berawal dari kekaguman yang entah berdasarkan apa rasa itu muncul yang jelas aku suka. Aku suka kecewanya dan hal-hal yang seringkali membuat tangis itu berderai gitu aja dipipi. Aku pikir itulah cinta, tanpa mempertimbangkan pendapat logika aku beranikan diri menyimpulkannya bahwa aku cinta dia.

Dan ternyata aku salah besar telah mempercayai perasaan, Allah marah dan cemburu karena aku lebih mencintai CiptaanNya.

Saat itu seseorang telah menyakitiku, dia pikir perasaanku seperti layangan yang bisa ditarik ulur, dan bodohnya aku mau saja memaafkan setiap sikapnya dan tak segan aku pula yang meminta maaf atas sikap yang bukan aku sendiri lakukan, mengalah tak jarang sikap ku juga di artikan keras kepala. Jika aku flash back rasanya sungguh bodoh mengikuti perasaan karena akhirnya aku sendiri yang akan di permainkan.
Sebulan yang lalu aku memutuskan untuk hijrah, keinginan ini telah lama ingin tunaikan hanya saja aku masih terlalu sibuk mencari tau nikmat dunia, tanpa membekali diri untuk bekal di akhirat. Meskipun aku bukan orang baik, tetapi aku berusaha untuk tidak mengecewakan orang tua ku. Orang bilang seseorang yang pendiam itu menghanyutkan, hal itu benar tapi sejauh mana dia akan terbawa arus dan dimana dia akan bermuara itu tergantung pribadi seseorang. Orang cukup menilai saja apa yang tampak di luar, walau sebenarnya penilaian seperti itu banyak menimbulkan fitnah.
Hijrah yang aku lakukan, untuk mencari ketenangan jiwa ku, lama sudah aku mencari tahu apa yang membuat jiwa ini merasa damai saat aku mulai pejamkan mata ketika tidur, seringkali aku merasa gelisah saat sadar maupun tak sadar. Dahulu aku pikir ada hal tentang dunia yang belum aku nikmati sehingga perasaanku masih penasaran, setelah kutemukan dan jalani apa yang kata mereka menyenangkan, tidak ada yang berubah aku masih saja gelisah.
Saat ku lihat diriku yang sekarang, aku tersadar dalam tangis bahwa sebenarnya aku telah jauh dari Allah selama ini, meskipun aku sholat tapi aku menjalankannya hanya karena rutinitas, bukan beranggapan hal itu kewajiban, gal itulah yang membuat jiwa terasa hampa. Dan berpakaian ku seringkali meniru kaum lelaki. Aku sadar akan apa yang aku lakukan hanya saja aku berpikir saat itu mencari kenyamanan. Kini ku temukan kenyamanan yang sederhana itu. Semoga aku selalu istiqomah.
Meskipun aku harus mengalami kegugupan, dan tatapan aneh orang-orang saat pertamakali melihat perubahan pakaianku. Alhamdulillah semua berjalan lancar, beruntung aku orang yang tidak terlalu banyak bicara dan orang lainpun tak banyak mengomentariku.
Saat itu ujian hijrahku datang,....
Dia yang biasanya tak pernah ingin kerumahku hanya karena skripsi mau datang menemuiku, saat itu aku mengundang salah seorang sahabat untuk menemani kami sehingga tidak ada orang ketiga yang akan menimbulkan fitnah. Semula dia menerima perubahanku dan mendukungnya, saat mendengar pernyataannya aku senang dia merespon dengan baik. Tapi saat itu jiwaku merasa tidak tenang, aku takut Allah memarahiku lagi karena bermain hati.
Dia mulai perhatian walau sebelumnya sempat miss komunikasi, aku bertanya dalam hati ya Allah apa ini ujian....
Mulai mengajak ketemuan....
Awal-awal aku tak menolak takut menyakiti perasaannya, dan kemudian mengajak salah seorang sahabat untuk menemani dalam pertemuan kami.
Tak lama hal itu berlangsung si Dia mulai bosan denganku yang sulit untuk diajak bertemu dan berduaan....
Dia memutuskan silahturahmi denganku dengan alasan kami tidak cocok.
Meskipun aku selalu menyebut namanya dalam do’a berharap dia selalu sehat, dan Allah menjawab Do’a ku ,....
Saat itu aku menangis, dan kembali mengadu kepada Allah bahwa aku telah salah untuk memilih seseorang menitipkan perasaanku.
Namun terlepas dari hijrah aku bersyukur memilih jalan ini, setidaknya aku bisa tahu mana yang harus di pertahankan dan mana yang pantas untuk di tinggalkan. Allah menjauhkanku dengan hal-hal yang akan membuat ku jauh darinya. Seseorang pernah mengingatkan ku berkali-kali
“jika engkau mencintai seseorang yang tak mencintai Tuhannya, Mengabaikan nasehat ibunya, kau akan kecewa. Allah saja ia tinggalkan, apalagi kamu!!!”

Aku berbicara bukan bermaksud menghakimi soal ibadah seseorang, akupun tidaklah sempurna namun aku masih bersuha memantaskan diri di hadapan Allah. Aku bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga, Bukanlah Hajar, yang begitu setia dalam sengsara, aku hanya wanita akhir zaman. Semoga aku tidak lagi dipertemukan dengan orang-orang yang datang untuk bersenang sesaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...