Terkadang hidup akan terasa
rumit ketika kita tak bisa menghargai dan bersyukur akan nikmat Tuhan,
ketidakpuasan akan rizki yang diterima membuat seseorang lupa diri dan mulai
serakah.
Yang paling aku sesali dalam
hidup ini, mengapa semua mengatas namakan uang, uang dan uang. Aku harus
bekerja keras untuk memperolehnya, namun aku selalu merasa tidak cukup. Beban
ini membuatku lelah, keputusasaan mulai meggerogoti pikiranku, ingin rasanya
aku mencari jalan instan untuk memperoleh uang, aku sudah sangat lelah akan
penderitaan ini. Aku mulai marah pada Tuhan, mengapa aku dilahirkan dalam
keadaan seperti ini, sungguh aku sangat iri dengan mereka yang selalu
berkecukupan, mereka yang tak harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuap
nasi, mereka yang selalu mengandalkan orangtuanya. Namun mengapa harus aku yang
menghadapi kehidupan seperti ini , mengapa???, apa aku tak pantas menikmati kesenangan
seperti mereka , atau Tuhan lebih menyangi mereka, aku benci ketidakadilan ini.
Setiap hari aku hanya mengeluh,
hingga akhirnya aku mulai melupakan Tuhan,. Melupakan NYA, dan tak pernah
bersyukur,.bertahun lamanya aku menjalani kesusahan ini, mencari nafkah untuk
menghidupi seorang adik yang cacat. Masih ku ingat saat itu,peristiwa yang amat
aku sesali hingga saat ini, andaikan aku bisa mati bersama mereka, mungkin takkan
pernah ada kehidupan seperti ini, aku akan terus bersama mereka sampai mati.
Tapi mengapa aku ditakdirkan masih hidup, mengapa Tuhan mengambil ayah, mengapa
harus ibu, dan melukai adik kecilku sarah hingga ia seperti ini. Setiap hari
aku harus bekerja keras mencari uang untuk biaya pengobatan sarah dan untuk
sesuap nasi , aku benci hidup ini, kenapa tidak membiarkan aku mati saja. Aku
lelah aku benar-benar lelah.
Aku ingin melihat sarah
berlari lagi dan tersenyum, tapi itu pengharapan yang tak mungkin akan terjadi,
sarah kecilku telah berubah dia hanya diam membisu, aku tahu perasaan sarah dia
pasti sangat membenci kehidupan ini. Tak seorangpun memperdulikan aku dan
sarah. Waktu ayah dan ibu masih ada
semua orang memperhatikan kami, bersikap baik terhadap aku dan sarah. Kini tak
seorangpun memperdulikan kami, mereka hanya bersikap baik kepada ayah, itu
semua hanya modus untuk memanipulasi. Om doni adik kandung ayahpun tak
memperdulikan keberadaan kami. Dia hanya memikirkan harta ayah, dan mengusir
kami dari rumah. orang yang serakah, teganya mencampakan aku dan sarah seperti
ini. Aku benci om doni, manusia serakah yang hanya memikirkan kesenagannya. Aku
dan sarah hidup terlunta-lunta, malam ini aku hanya bisa menangis meratapi
kehidupan yang tak pernah berhenti untuk menertawakan penderitaanku, berpura
tegar dihadapan sarah adalah cara untuk mengambalikan senyumannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar