Senin, 05 Mei 2014

Aku dan Sarah


Terkadang hidup akan terasa rumit ketika kita tak bisa menghargai dan bersyukur akan nikmat Tuhan, ketidakpuasan akan rizki yang diterima membuat seseorang lupa diri dan mulai serakah.
Yang paling aku sesali dalam hidup ini, mengapa semua mengatas namakan uang, uang dan uang. Aku harus bekerja keras untuk memperolehnya, namun aku selalu merasa tidak cukup. Beban ini membuatku lelah, keputusasaan mulai meggerogoti pikiranku, ingin rasanya aku mencari jalan instan untuk memperoleh uang, aku sudah sangat lelah akan penderitaan ini. Aku mulai marah pada Tuhan, mengapa aku dilahirkan dalam keadaan seperti ini, sungguh aku sangat iri dengan mereka yang selalu berkecukupan, mereka yang tak harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi, mereka yang selalu mengandalkan orangtuanya. Namun mengapa harus aku yang menghadapi kehidupan seperti ini , mengapa???, apa aku tak pantas menikmati kesenangan seperti mereka , atau Tuhan lebih menyangi mereka, aku benci ketidakadilan ini.

Setiap hari aku hanya mengeluh, hingga akhirnya aku mulai melupakan Tuhan,. Melupakan NYA, dan tak pernah bersyukur,.bertahun lamanya aku menjalani kesusahan ini, mencari nafkah untuk menghidupi seorang adik yang cacat. Masih ku ingat saat itu,peristiwa yang amat aku sesali hingga saat ini, andaikan aku bisa mati bersama mereka, mungkin takkan pernah ada kehidupan seperti ini, aku akan terus bersama mereka sampai mati. Tapi mengapa aku ditakdirkan masih hidup, mengapa Tuhan mengambil ayah, mengapa harus ibu, dan melukai adik kecilku sarah hingga ia seperti ini. Setiap hari aku harus bekerja keras mencari uang untuk biaya pengobatan sarah dan untuk sesuap nasi , aku benci hidup ini, kenapa tidak membiarkan aku mati saja. Aku lelah aku benar-benar lelah.
Aku ingin melihat sarah berlari lagi dan tersenyum, tapi itu pengharapan yang tak mungkin akan terjadi, sarah kecilku telah berubah dia hanya diam membisu, aku tahu perasaan sarah dia pasti sangat membenci kehidupan ini. Tak seorangpun memperdulikan aku dan sarah. Waktu  ayah dan ibu masih ada semua orang memperhatikan kami, bersikap baik terhadap aku dan sarah. Kini tak seorangpun memperdulikan kami, mereka hanya bersikap baik kepada ayah, itu semua hanya modus untuk memanipulasi. Om doni adik kandung ayahpun tak memperdulikan keberadaan kami. Dia hanya memikirkan harta ayah, dan mengusir kami dari rumah. orang yang serakah, teganya mencampakan aku dan sarah seperti ini. Aku benci om doni, manusia serakah yang hanya memikirkan kesenagannya. Aku dan sarah hidup terlunta-lunta, malam ini aku hanya bisa menangis meratapi kehidupan yang tak pernah berhenti untuk menertawakan penderitaanku, berpura tegar dihadapan sarah adalah cara untuk mengambalikan senyumannya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi orang tua

Maa, kini tidur ku tak lagi nyenyak seperti dulu. Maa, kini ku sering terjaga di sepanjang malam ku. Maa, kini ku rasakan kepani...